Dalam rangka mewujudkan keselamatan berkendara di jalan tol serta mempererat hubungan dengan para pelanggan jalan tol Trans Jawa, PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) Wilayah Jawa Tengah menggelar kegiatan Temu Pelanggan Bersama pada Rabu, 4 Desember 2024.
Dengan mempertimbangkan cakupan wilayah yang saling terkoneksi, kegiatan temu pelanggan ini berkolaborasi antara PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) melalui Representative Office 2 Semarang Seksi A,B,C, PT Jasamarga Semarang Batang (JSB), PT Trans Marga Jateng (TMJ), dan PT Jasamarga Solo Ngawi (JSN).
Acara yang dikemas dalam kegiatan Gathering dan Talkshow ini, mengusung tema “Keselamatan Berkendara, Menjadi Budaya Pengendara Berwibawa”. Kegiatan ini melibatkan kurang lebih 150 peserta dari stakeholder terkait yaitu Kepolisian, Dinas Perhubungan, Badan Pengatur Jalan Tol, perwakilan jasa transportasi, pengusaha kuliner Jawa Tengah, dan komunitas pengendara yang sering melintas di Ruas Jalan Tol Batang-Semarang, Jalan Tol Semarang Seksi A,B,C, Jalan Tol Semarang-Solo dan Jalan Tol Solo-Ngawi.
Hadir dalam acara ini Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Unsur Masyarakat Tulus Abadi, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan, Kepala Bagian Pembinaan Operasional AKPB Aidil Fitri Syah, Dinas Perhubungan Erry Derima Ryanto, Ketua Bidang Advokasi Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno, Direktur Operasional PT JTT Pratomo Bimawan Putra, Senior Manager Representative Office 2 Semarang Seksi A,B,C PT JTT M. Faried Sulistamtama, Direktur Utama PT JSB Nasrullah, Direktur Utama PT TMJ Prajudi, Direktur Utama PT JSN Merry Natacha serta jajaran pejabat lainnya.
Direktur Operasional PT Jasamarga Transjawa Tol Pratomo Bimawan Putra dalam paparannya menyampaikan jumlah kendaraan yang melintas di area Tol Jawa Tengah,”Dilihat dari data jumlah kendaraan yang melintas pada periode Januari hingga Oktober 2024 di Tol Jawa Tengah, kendaraan Golongan 1 yaitu kendaraan kecil masih mendominasi sebanyak 52 juta kendaraan atau 83,1%, kemudian diikuti kendaraan Golongan 2 sebanyak 7,2 juta atau 11,6%,” ujarnya. Bima juga menyebutkan bahwa di jalan tol wilayah Jawa Tengah periode Januari hingga Oktober 2024 masih ditemukan jumlah kendaraan yang terlibat kecelakaan. Persentase tertinggi dialami oleh kendaraan truk sebanyak 49%, diikuti kendaraan kecil 43% dan kendaraan bus 8%.
Kepala Bagian Pembinaan Operasional Polda Jateng AKBP Aidil Fitri Syah mengutarakan perbandingan tingkat fatalitas kecelakaan, “Jika dibandingkan dengan korban meninggal pada masa Covid-19, jumlah korban akibat kecelakaan kendaraan lebih banyak daripada korban Covid-19. Bahkan kecelakaan adalah pembunuh nomor 2 di dunia setelah penyakit jantung,“ tuturnya. Aidil melanjutkan,” Untuk mengurangi angka kecelakaan, kita harus memperhatikan 5 pilar sistem berkeselamatan yaitu pilar manajemen keselamatan jalan, pilar jalan yang berkeselamatan, pilar kendaraan yang berkeselamatan, pilar pemakai jalan yang berkeselamatan dan pilar tanggap darurat pasca kecelakaan, “ urainya.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi Ahmad Wildan memaparkan fenomena kecelakaan di jalan tol, “ Saat ini, pola kecelakaan di jalan mengalami perbedaan. Sebelum adanya Jalan Tol Trans Jawa, kendaraan melaju lambat dengan layanan kelas B dan C. Namun setelah tersedia fasilitas jalan tol dengan layanan kelas A, masyarakat mengalami euforia dengan memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi,” ungkapnya. Wildan juga menyampaikan imbauan kepada para pengusaha truk agar memperhatikan laju kendaraannya karena kecelakaan di jalan tol juga didominasi oleh kendaraan truk yang berjalan lambat atau underspeed yang memicu kecelakaan tabrak depan dan belakang,“ imbuhnya. Wildan melanjutkan langkah terdekat yang bisa dilakukan untuk mengurangi angka kecelakaan yaitu dengan melakukan edukasi secara masif kepada para pengendara truk termasuk cara mengemudi yang benar dan pemahaman terhadap kondisi kendaraannya. Selain itu, Wildan menegaskan filosofi dasar konsep keselamatan berkendara di jalan tol yaitu dengan fokus pada mitigasi apa yang harus dilakukan terhadap kondisi yang ada,” tutupnya.
Dalam acara ini, Badan Pengatur Jalan Tol Unsur Masyarakat Tulus Abadi memberikan tanggapannya, “Jalan tol adalah jalan berbayar yang dikelola oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT). Fungsi regulator disini untuk mengontrol BUJT agar dapat memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang mempunyai 8 substansi. Salah satu komponen terpenting dalam SPM adalah faktor keselamatan. BUJT harus memenuhi indikator keselamatan agar secara keseluruhan SPM dapat tercapai dan kedepannya menjadi pertimbangan pada penyesuaian tarif tol,” ujarnya. Selanjutnya Tulus menjelaskan, “Di Tahun 2023, sebanyak 366 orang meninggal dunia akibat kecelakaan kendaraan di jalan tol seluruh Indonesia. Angka ini menurun 16 % jika dibandingkan Tahun 2022. Diharapkan di Tahun 2024 ini angka kecelakaan juga dapat menurun,” tuturnya.
Ketua Bidang Advokasi Kemasyarakatan MTI Djoko Setijowarno juga memberikan tanggapannya, “Mencermati kecelakaan kendaraan yang akhir-akhir ini terjadi di jalan tol, faktor kelelahan pengemudi harus menjadi perhatian dalam investigasi. Pemerintah harus menyiapkan tempat istirahat yang memadai dan aman dengan membedakan akses masuknya agar pengguna tempat istirahat dapat melepas lelah dengan optimal,” ungkapnya. Djoko melanjutkan, “ Ini menjadi persoalan pemerintah dan kita bersama agar tercipta keselamatan berkendara di jalan tol. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah dapat membuat standarisasi peraturan agar kesejahteraan pengemudi truk dapat terjamin. Beberapa poin yang perlu diatur seperti upah standar mengemudi, waktu mengemudi dan standar mengemudi,” tutupnya.
Dinas Perhubungan Erry Derima Ryanto dalam dialognya mengajak kepada kita semua selaku pengguna jalan tol untuk melakukan upaya-upaya mandiri agar tercipta keselamatan berkendara, “Badan Usaha Jalan Tol bersama stakeholder terkait sudah menjalankan program-program untuk menghindari kecelakaan namun tingkat kecelakaan masih tinggi. Kami mengajak seluruh pengguna jalan untuk melakukan upaya-upaya mandiri seperti pengecekan komponen kendaraan, memperhatikan peraturan lalu lintas dan peka terhadap kondisi diri,” ujarnya.
Harapan atas dilaksanakannya acara temu pelanggan ini adalah dengan acara temu pelanggan ini dapat dijadikan bentuk komitmen pengelola jalan tol untuk memberikan edukasi berkelanjutan serta dukungan bagi para stakeholder agar dapat mewujudkan keselamatan berkendara sehingga menciptakan kenyamanan bagi pengguna jalan tol.